SOKOGURU - Pencairan bantuan sosial (Bansos) dilakukan per tiga bulan sekali setiap tahunnya. Pada masing-masing triwulan itulah masyarakat selalu sibuk memantau HP untuk berburu informasi resmi pencairan bansos.
Hal ini pun terbukti dari tingginya pencarian kata kunci Bansos di google search dan membanjirnya konten-konten bansos pada waktu-waktu mendekati tanggal pencariannya.
Di triwulan kedua tahun 2025 ini saja, bansos tersalurkan kepada 16,5 juta keluarga penerima manfaat (KPM) dengan total anggaran mencapai Rp10 triliun.
Masalah Ketergantungan Bansos
Pemerintah berharap persentase graduasi penerima bansos, atau jumlah penerima manfaat bansos yang sudah naik kelas secara ekonomi dan tidak lagi bergantung pada bansos bisa terus meningkat.
"Ini ada problem mindset yang belum clear hingga kemudian masyarakat itu merasa nyaman menerima bansos-bansos. Dan mereka cenderung enggan untuk menggraduasi diri," kata Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono, dikutip dari keterangannya.
Tentu ini akan menjadi problem bila semakin banyak penerima manfaat yang pasrah dan tidak mau berkembang, menggantungkan hidupnya pada bansos.
Banyak cara untuk bisa mandiri secara ekonomi, apalagi pada masa digitalisasi di semua bidang ini sudah sangat kuat, maka platform digital pun juga bisa menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi.
Solusi Digital: Jadi Kreator Walking Video
Cara termudah yang bisa dicoba salah satunya cukup dengan HP. Daripada hanya digunakan untuk scrolling konten tidak berguna, mengapa tidak dimanfaatkan untuk membuat konten sendiri yang bisa memberikan nilai?
Dikutip dari kanal YouTube Ezza Ermuda, hanya dengan HP dan sedikit usaha, kita bisa memanfaatkannya untuk membuat konten dan menjadi sumber cuan. Caranya cukup mudah dan bisa dilakukan siapa saja, asal mau!
Kanal YouTube tersebut menyarankan untuk membuat konten video dengan topik walking atau berjalan. Membuat video kita sedang berjalan di suatu tempat yang menarik ini ternyata banyak viewersnya. Tertarik? Simak terus artikel ini.
Langkah-Langkah Membuat Konten Walking
Berikut adalah langkah-langkahnya membuat video walking, dikutip dari kanal YouTube Ezza Ermuda.
1. Menentukan Topik Walking
Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum memulai channel YouTube bertema walking adalah menentukan topik spesifik yang akan diangkat.
Konten walking memiliki banyak ragam, sehingga penting untuk memilih satu fokus tertentu. Misalnya, menggabungkan konsep berjalan kaki dengan tema yang menenangkan seperti suasana alam, suara hujan, ASMR, atau musik relaksasi untuk tidur.
Dengan pendekatan ini, channel akan memiliki identitas yang kuat dan lebih mudah menarik penonton yang sesuai dengan minat tersebut.
Terdapat tiga topik populer dalam dunia konten walking yang sangat potensial untuk dikembangkan, terutama bagi pemula.
Topik pertama adalah Walking in the Rain—atau jalan-jalan saat hujan. Menurutnya, jenis konten ini memiliki banyak peminat karena memadukan visual yang alami dengan suara hujan yang menenangkan.
Biasanya, video semacam ini diambil di lokasi-lokasi yang masih asri seperti pegunungan, hutan, atau perkampungan. Banyak kreator yang berhasil mendapat banyak penonton karena suasananya yang unik dan efek relaksasinya yang kuat.
Topik kedua adalah Virtual Walking. Berbeda dengan jenis sebelumnya, konten ini tidak menggunakan musik latar, melainkan hanya mengandalkan suara asli dari lingkungan sekitar saat perekaman.
Konten virtual walking bisa direkam di kota besar seperti pusat perbelanjaan, jalan raya, ataupun di desa. Tujuannya untuk menghadirkan pengalaman seolah-olah penonton sedang merasakan langsung suasana yang direkam.
Jenis konten seperti ini sangat cocok untuk pemula karena pembuatannya relatif sederhana. Hanya dengan kamera handphone, tripod, dan bahkan microphone bawaan HP saja cukup.
Kuncinya terletak pada kemampuan menangkap suasana atau ambience dari lokasi dengan baik. Memang membutuhkan pengalaman, tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, kapan lagi?
Topik ketiga adalah rural walking atau jalan-jalan di pedesaan. Banyak kanal YouTube yang sukses mengembangkan topik ini, salah satunya channel Indo Culture, yang menggabungkan konsep virtual walking dengan suasana hujan.
Ada juga Petualangan Alam Desaku, sebuah kanal yang telah memiliki hampir 900 ribu subscriber dan rata-rata enam juta views per bulan. Konten mereka menampilkan kehidupan sehari-hari dan momen unik dari lingkungan pedesaan.
Topik ini sangat cocok bagi mereka yang tinggal di desa atau perkampungan. Ini adalah peluang bagus untuk membuat channel YouTube dengan cara yang sederhana dan tanpa perlu memperlihatkan wajah di depan kamera.
Topik keempat adalah real life walking in slum area, yaitu konten jalan-jalan di kawasan kumuh atau padat penduduk. Meski terdengar tidak biasa, ternyata jenis konten ini juga memiliki banyak penggemar.
Penontonnya tertarik untuk melihat bagaimana kehidupan berlangsung di gang-gang sempit dan permukiman padat. Salah satu contoh kanal yang sukses dengan konten ini adalah Aji ID Walking.
Konten-konten seperti ini menarik banyak pemirsa karena memberi kesempatan bagi penonton untuk melihat dunia dari perspektif yang belum pernah mereka alami.
Konten walking pada dasarnya adalah tentang membawa penonton ikut berjalan bersama sang kreator, merasakan suasana, dan menyelami kehidupan di tempat yang terekam dalam video.
2. Peralatan Sederhana Dibutuhkan
Untuk membuat konten walking tidak diperlukan alat yang mahal. Cukup dengan:
- Tripod – Membantu menjaga kestabilan dan menghindari tangan pegal.
- Phone holder dengan shoe mount – Berguna untuk memasang aksesori seperti lampu atau mikrofon.
- Mikrofon – Bisa mulai dari mikrofon bawaan HP untuk menangkap suara sekitar.
- Gimbal stabilizer (opsional) – Membantu agar video tetap stabil meski sedang berjalan.
Semua alat ini bisa didapat dengan biaya terjangkau, bahkan di bawah Rp500 ribu. Untuk gimbal, ada pilihan yang harganya dibawah Rp200 ribu.
3. Teknik Pengambilan Gambar
Agar hasil video enak ditonton, berikut adalah beberapa teknik dasar yang bisa dilakukan saat merekam: Jalan pelan-pelan, jangan terburu-buru.
Perhatikan sudut pengambilan gambar (angle) agar tampak sinematik. Bisa dipelajari dengan mencarinya di google. Hindari gerakan mendadak, apalagi kalau tidak menggunakan gimbal.
Putar kamera secara perlahan saat mengganti arah pandang agar penonton tidak merasa pusing. Kuncinya adalah latihan terus-menerus. Rekam, evaluasi, lalu perbaiki.
4. Tips Editing untuk Hasil Maksimal
Kalau kualitas suara rekaman kurang baik (ada noise, terlalu kecil, atau terganggu angin), kamu bisa tambahkan sound effect yang sesuai dengan suasana, seperti:
- Suara hujan
- Kicauan burung
- Deburan ombak
- Tiupan angin
Sumber efek suara: Bisa dicari di YouTube Studio atau Google, banyak yang gratis dan bebas hak cipta. Jangan lupa sesuaikan volumenya agar terdengar alami.
Saatnya Mandiri dan Naik Kelas
Konten walking itu sederhana dan punya potensi besar. Editing-nya mudah, alatnya terjangkau, dan penontonnya banyak. Jika ditekuni, bisa menjadi sumber penghasilan utama dari YouTube, dan bisa graduasi dari bansos. (*)